Membaca dan mendengar kata Berperang atau perang adalah sesuatu yang ganas dan mengerikan, karena kita berhadap-hadapan baik secara dekat maupun jauh dan kata perang identik dengan Senjata, maut dan tentunya hal-hal yang mengerikan, tetapi ada masa berhentinya bahkan berhenti sama sekali, karena adanya suatu perdamaian atau kompromi tertentu sehingga berakhirlah peperangan tersebut.
Berperang melawan hawa nafsu tidak pernah dan sama sekali tidak ada jedanya dan juga tiada akhirnya sampai manusia yang berperang melawan hawa nafsu tersebut MATI, artinya bahwa peperangan melawan hawa nafsu setiap saat muncul dan tidak tahu dari mana datangnya musuh, karena tidak berwujud dan tidak terlihat, sehingga amat berat dan lebih berat dibandingkan berperang secara fisik.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia Insklopedia bebas
Dalam agama Islam
"Hawa nafsu" terdiri dari dua kata: hawa (الهوى) dan nafsu (النفس).
Dalam bahasa Melayu, 'nafsu' bermakna keinginan, kecenderungan atau dorongan hati yang kuat. Jika ditambah dengan kata hawa (=hawa nafsu), biasanya dikaitkan dengan dorongan hati yang kuat untuk melakukan perkara yang tidak baik. Adakalanya bermakna selera, jika dihubungkan dengan makanan. Nafsu syahwat pula berarti keberahian atau keinginan bersetubuh.[2]Ketiga perkataan ini (hawa, nafsu dan syahwat) berasal dari bahasa Arab:
- Hawa (الهوى): sangat cinta; kehendak
- Nafsu (النفس): roh; nyawa; jiwa; tubuh; diri seseorang; kehendak; niat; selera; usaha
- Syahwat (الشهوة): keinginan untuk mendapatkan yang lazat; berahi.[3]"
Sebenarnya setiap orang diciptakan dengan potensi diri yang luar biasa, tetapi hawa nafsu dapat menghambat potensi itu muncul kepermukaan. Potensi yang dimaksud di sini adalah potensi untuk menciptakan keadilan, ketenteraman, keamanan, kesejahteraan, persatuan dan hal-hal baik lainnya. Namun karena hambatan nafsu yang ada pada diri seseorang potensi-potensi tadi tidak dapat muncul kepermukan (dalam realita kehidupan). Maka dari itu mensucikan diri atau mengendalikan hawa nafsu adalah keharusan bagi siapa saja yang menghendaki keseimbangan, kebahagian dalam hidupnya karena hanya dengan berjalan di jalur-jalur yang benar sajalah menusia dapat mencapai hal tersebut.
Jadi, berperang melawan hawa nafsu dapat dikatakan JIHAD dalam arti yang sesungguhnya, seperti dalam sebuah acara seorang penyanyi yang merangkap sebagi dai, sebelum menyanyi terlebih dahulu dia memberikan muqoddimah (pembukaan): "Saudara-saudara, melawan hawa nafsu adalah jihad yang utama. Suatu saat, ketika nabi pulang beserta para sahabatnya dari sebuah peperangan, beliau bersabda kepada para sahabat: ' Sesungguhnya kalian pulang dari jihad kecil menuju jihad besar. Para sahabat bertanya : Ya Rosulullah, apakah jihad yang besar itu?' Beliau menjawab : jihad nafs (jihad melawan hawa nafsu)" Setelah itu dia membawakan lagunya.
Ibnu Qayyim dalam soal keutamaan melawan hawa nafsu berkomentar: “Sesungguhnya melawan hawa nafsu bagi seorang hamba melahirkan suatu kekuatan di badan hati dan lisannya.” Sebagian salaf berkata “Orang yang bisa mengalahkan nafsunya lebih kuat daripada orang yang menaklukkan sebuah kota degan seorang diri.
” Dalam hadits shahih disebutkan “Tidaklah orang yang kuat itu yang menang dalam bergulat tetapi orang yang kuat adalah orang yang dapat menguasai hawa nafsunya ketika ia marah.”.
Dapat disimpulkan dari semua urain diatas bahwa berperang melawan hawa nafsu adalah peperangan yang benar-benar Jihad fi sabilillah yang tiada akhirnya sampai akhir hayat sehingga berperang melawan hawa nafsu adalah Peperangan Akbar. Allahhuakbaar!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar