.NUTRISI HATI to verify.bing.com. NUTRISI HATI: Juli 2013

Laman

Lagu Islami

Sabtu, 27 Juli 2013

Renungilah dan Syukurilah

Kutipan dari Buku La Tahzan Ingatlah setiap nikmat yang Allah anugerahkan kepada kita selama ini, karena dia telah melipatkan nikmatnya dari ujung rambut kebawah kedua telapak kaki.

  'Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya' 
(QS. Ibrahim:34)

Kesehatan badan, keamanan negara, tercukupi sandang pangan, udara dan air, semua tersedia dalam hidup kita. Namun kita sebagai manusia memiliki dunia tetapi tidak pernah menyadarinya, kita menguasai kehidupan tetapi tidak pernah mengetahuinya.
"Dan, dia menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu lahir dan batin" (QS.Luqman:20)
Kita memiliki dua mata, satu lidah,dua bibir, dua tangan dan dua kaki
"Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan?" (QS.AR-Rahman:13)
Apakah kita mengira bahwa, berjalan dengan kedua kaki itu sesuatu yang sepele?, sedang kaki acapkali menjadi bengkak bila digunakan terus-menerus tiada henti? Apakah kita mengira bahwa berdiri tegak di atas kedua betis sesuatu yang mudah, sedang keduanya bisa saja tidak kuat dan bisa patah?
Maka sadarilah, betapa hinanya diri kita manakala tertidur lelap, ketika sanak saudara di sekitar kita masih banyak yang tidak bisa tidur karena sakit yang mengganggunya? Pernahkah kita merasa nista manakala dapat menyantap makanan lezat dan minuman dingin menyegarkan saat masih banyak orang disekitar kita yang tidak bisa makan dan minum karena sakit atau ketidak beradaannya?

Mari kita renungkan dan pikirkan, betapa besar fungsi pendengaran yang dengannya Allah menjauhkan kita dari ketulian. Coba renungkan dan raba kembali mata kita yang tidak buta. Ingatlah dengan kulit kita yang terbebas dari penyakit lepra dan supak. Dan renungkan betapa dahsyatnya fungsi otak kita yang selalu sehat dan terhindar dari kegilaan yang menghinakan.

Adkah diantara kita yang mau menukarkan mata kita dengan Emas sebesar Gunung Uhud, atau menjual pendengaran kita seharga perak atau bukit? dan lain sebagainya dan seterusnya.

Kita seringkali memikirkan sesuatu yang tidak ada, sehingga kita pun lupa mensyukuri yang sudah ada. Jiwa kita mudah terguncang hanya karena kerugian materi yang mendera, padahal sesungguhnya kita masih memegang kunci kebahagiaan , memiliki jembatan pengantar kebahagiaan, karunia, kenikmatan, dan lain sebagainya. Maka pikir dan renungkalah semua itu dan bersujud syukurlah kita. Subhannallah.
Dan jaganlah kita masuk pada golongan orang yang mengingkari nikmat Allah,,,,,,Nauzdubillah!!!
"Mereka mengetahui nikmat Alllah, kemudian mereka mengingkarinya" (QS.An-Nahl:38)



Minggu, 14 Juli 2013

Berhati-hatilah kita manusia

Pada umumnya kita sebagai manusia sering lupa atau bahkan lebih parah melupakan Tuhannya, ketika kita diberi kenikmatan, harta melimpah, kemewahan dalam hidup dan kesehatan serta kebahagiaan,( Nauzdubillah )akan tetapi sebaliknya apabila kita diberi kesengsaraan hidup, serba terhimpit, baru kita mengenal Tuhan. Bagaimana dengan Mas dan Mbak Broo semua? Namun yang 'sungguh terlalu' adalah; sudah kehidupannya sengsara, serba pas-pasan tapi tidak mendekat kepada Allah sang maha pencipta ditambah lagi sering mengeluh dan mengumpat. Nauzdubillah!!! Untuk itu mari kita renungkan Ayat berikut ini tentang seberapa dekat Allah dengan kita? وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ “Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” [QS. Qaaf : 16]. وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنكُمْ “Dan Kami lebih dekat dengannya daripada kamu” [QS. Al-Waqi’ah : 85]. Makna kedekatan dalam dua ayat di atas tidaklah bermakna bahwa Allah menyatu dengan hambanya (Al-Hulul/Wahdatul-Wujud). Ini adalah aqidah bathil. Makna kedekatan dalam dua ayat tersebut adalah kedekatan malaikat terhadap manusia. Maka berhati-hatilah kita sebagai manusia dari setiap tindakan dan tutur kata kita dalam setiap kehidupan apapun keadaan dan kondisi kita. Dalam menghadapi kesulitan dalam hidup kita harus bersabar dan senatiasa Ikhlas dalam menjalani serta terus berusaha dan berdoa. Oleh karena itu, dalam keadaan apapun, kita sebagai hamba yang beriman kepada Allah SWT harus senantiasa berbaik sangka kepada Allah. Dan haruslah diyakini bahwa tidaklah Allah menurunkan berbagai musibah melainkan sebagai ujian atas keimanan yang kita miliki. Allah dalam firman-Nya : “Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk ke dalam surga, padahal belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam goncangan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang bersamanya : Bilakah datang pertolongan Allah? Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah amatlah dekat.” (QS. Al Baqarah : 214) Kesabaran merupakan perkara yang amat dicintai oleh Allah dan sangat dibutuhkan seorang muslim dalam menghadapi ujian atau cobaan yang dialaminya. Sebagaimana dalam firman-Nya :“…Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (QS. Al Imran : 146) Namun apabila kita diberi kelimpahan harta, kesehatan dan kenikmatan dalam hidup, maka janganlah kita lupa bahwa semua itu datangnya dari Allah. Perintah Allah dalam mensyukuri nikmatnya ; “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”(QS. 14:7) “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS.31:12) Alaah maha besar, Allah maha memiliki, Allah maha Kaya, Allah maha Kasih lagi maha penyayang dan Allah Pemilik segala Maha, maka apalah artinya kita sebagai manusia yang senantiasa memiliki kemampuan terbatas dan ketidak sempurnanya kita sebagai manusia, maka Maha besar Allah dari segala apa yang ada di Dunia maupun di Akherat.

Selasa, 09 Juli 2013

Lima Kisah Inspiratif Mualaf Sejagat

Lima Kisah Inspiratif Mualaf Sejagat

Marhaban yaa Ramadhan

Alhamdulillah yaa Allah yaa Rabb,,telah Engkau beri kami sekeluarga kesempatan untuk bertemu lagi dengan Bulan suci tahun ini dan Engkau telah memberi kepada kami sekeluarga Kesehatan sehingga mulai hari ini kami dapat menjalankan Ibadah Puasa lagi, Subhannallah, Wal Hamdulillah, Laailahaillallah Huu Allah Huu Akbar. Kini Umat Islam di seluruh dunia menyambut dengan suka cita atas datangnya Bulan suci, bulan yang penuh berkah, bulan yang penuh ampunan dan Bulan yang sangat Dahsyaat. Ramadhan adalah bulannya ahlul munajat, bulan berpesta bagi hamba-hamba Allah yang tak pernah bosan dan letih memanjatkan do’a kepada-Nya. Mari kita sama-sama merenungkan satu ayat mulia berikut ini, yang urutannya dalam mushaf al-Qur-aan berada di antara ayat-ayat yang berbicara tentang Ramadhan (ayat 183 s.d. ayat 187, QS. al-Baqarah): وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْ مِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ “Dan jika hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (wahai Muhammad) tentang Aku, maka (katakanlah bahwa) sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan hamba yang berdo’a jika ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala) perintah-Ku, dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” [QS. Al-Baqarah: 186] Keberadaan ayat ini di tengah-tengah ayat tentang Ramadhan, mengandung hikmah yang begitu mendalam. Al-Hafizh Ibnu Katsir mengupas hikmah tersebut dalam kitab tafsirnya yang terkenal, beliau mengatakan, yang artinya : “Firman Allah ta’ala pada ayat ini perihal motivasi berdo’a yang disebutkan di sela-sela ayat tentang hukum-hukum seputar puasa (Ramadhan), menyiratkan petunjuk untuk bersungguh-sungguh dalam berdo’a saat menyempurnakan puasa, bahkan saat berbuka...” [Tafsir Ibnu Katsir: I/hal. 471, cet. Daar Ibnu Hazm 1419-H] Sejarah emas Islam mencatat bahwasanya kemenangan terbesar umat ini pada Perang Badr terjadi di bulan Ramadhan, tepatnya 2 tahun setelah hijrah. Dan itu tentu saja tidak lepas dari sebab munajat dan do’a kepada Rabbul ‘Aalamiin. Ali bin Abi Thalib radhiallahu’anhu mengisahkan: “Sungguh aku melihat kami pada malam (perang) Badr, di mana tidak ada satu pun di antara kami melainkan ia tertidur, kecuali Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam, beliau sholat menghadap pohon dan berdo’a (kepada Allah) sampai subuh...” [Hadist Shahih, riwayat Ahmad no. 1161] Dan kita tahu bahwa keeseokan harinya, Allah menjawab do’a tersebut dengan menurunkan ribuan bala tentara Malaikat untuk menolong kaum muslimin yang berjumlah sedikit dan lemah waktu itu. Ini adalah salah satu bukti, betapa dahsyatnya do’a di bulan yang suci ini. Mereka yang dekat dengan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam, sangat memahami betapa Ramadhan adalah waktu yang istimewa untuk memanjatkan do’a tanpa rasa takut akan ditolak. Lihatlah bagaimana ‘Aisyah radhiallahu’anha meminta do’a khusus dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam untuk dibaca saat Lailatul Qadr, beliau radhiallahu’anha berkata: Wahai Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam, jikalau aku mendapati satu malam (Ramadhan) ternyata adalah Lailatul Qadr, maka do’a apa yang aku ucapkan? Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam menjawab; ucapkanlah: اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيْمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّيْ “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Pemurah. Engkau mencintai maaf, maka maafkanlah aku.” [Sunan Ibnu Majah no. 3850, dishahihkan al-Albani] Itulah kedahsyatan Bulan ramadhan, maka marilah kita khusyukan puasa kita dan senantiasa memanjatkan doa memohon ampunan atas segala kesalahan dan dosa yang telah kita perbuat selama ini di bulan yang penuh dengan ampunan ini. Ini adalah kesempatan kita yang kesekian kalinya yang diberikan Allah kepada kita untuk bermunajat di hadapan Allah sehingga puasa kita bisa menjadi Mabrurr. Amin.