Rabu, 11 September 2013
Anak merupakan Aset Dunia Akherat
Kehadiran buah hati atau anak dalam sebuah Rumah tangga atau pasangan suami istri merupakan kebahagiaan yang tak terkira dan tak ternilai, sehingga banyak para orang tua yang mempersiapkan dari mulai nama-nama yang baik, tempat tidur, pakaian serta segala hal yang dibutuhkan oleh 'si Calon jabang bayi'nya.
Dengan hadirnya anak di tengah-tengah pasangan suami istri dapat menjadikan suasana menjadi lebih 'berarti' dalam mahligai rumah tangganya.
Tujuan seseorang untuk menikah salah satunya adalah memiliki keturunan atau anak, walaupun yang diharap tidak tahu kapan datangnya, bahkan ada yang sudah menikah puluhan tahun sampai saat ini belum juga dikarunai anak. Karena semua adalah atas kehendak Allah,SWT. Manusia hanya bisa merencanakan, berusaha (Ikhatiar) dan berdoa, selanjutnya Allah-lah yang maha penentu/menentukan.
Adalah suatu kebiasaan yang sering kita jumpai dalam masyarakat, apabila kita ketemu dengan seorang sahabat atau kolega yang sudah lama tidak ketemu, maka salah satu pertanyaan yang sering terlontar adalah; 'Berapa Anakmu?' BUKAN 'berapa mobilmu/rumahmu?' ATAU 'seberapa banyak kekayaanmu?', ini adalah salah satu bukti pertama bahwa anak adalah merupakan 'aset' dunia bagi orang tuanya.
Bukti yang selanjutnya bahwa anak merupakan'aset' dunia adalah,kebanyakan anak yang sudah berhasil kehidupan sosialnya, maka anak tersebut berusaha membalas budi baik orang-tuanya dengan membelikan sesuatu atau bahkan tidak sedikit yang "mempensiun" orang-tuanya dengan mengirim sejumlah uang per bulannya, dan lain sebagainya. Namun sebaliknya ada juga anak yang dalam perkembanganya hingga dewasa menyusahkan kehidupan orang-tuanya baik secara batiniah maupun materinya.Naudzubillah!
Itu semua bergantung bagaimana kita cara mendidik, mengasuh,membimbingnya dari bayi hingga menginjak dewasa sehingga tumbuh-kembangnya anak bergantung bagaimana orang-tua dalam mendidiknya dan juga lingkungan di mana dia berada, karena hal ini sedikit-bayak sangat berpangaruh terhapda perkembangan kejiwaan dari anak tersebut.
Terlepas dari semua diatas ysng paling utama adalah Pendidikan Agama yang baik dan bagaimana para orang-tua memberikan suri tauladan yang baik kepada anak-anaknya. Seperti dalam Ayat Alqur-an Surat Al-Luqman ayat 13-19
Bismillahirrohmanirrohim~
[Ayat 13] Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di wakttu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
[Ayat 14] Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada kedua dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu.
[Ayat 15] Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu, maka kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
[Ayat 16] (Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.
[Ayat 17] Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
[Ayat 18] Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
[Ayat 19] Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
Ada pepatah yang mengatakan "BUah jatuh tak jauh dari pohonnya" inilah yang seharusnya para orang-tua harus lebih berhati-hati dalam bertingkah laku, baik dari proses pra kehamilan istri, kehamilan, melahirkan, sampai anak itu tumbuh dan berkembang menjadi dewasa, benar-benar harus dijaga sikap,tindak-tanduk,tutur-kata dan semua perilaku orang-tuanya baik di dalam rumah maupun di luar rumah. Sering-seringlah para calon orang-tua membaca ayat-ayat suci Al-qur'an dan dilakukan sebelum anak lahir samapai anak itu besar,. Didiklah anak kita agama sebaik mungkin secara konsisten dan komitmen, dengan kita sebagai orang tuanya memberikan contoh yang nyata dan lakukan selalu sholat berjama'ah dalam rumah dan syukur alahamdulillah bisa di masjid atau mushola. Kalau tidak bisa dilakukan setiap sholat fardhu, minimal 1 kali dalam sehari.
Berusahalah kita sebagai orang tua membiasakan puasa sunnah senin-kamis misalnya, dari anak kita bayi, sehingga ketika anak kita besar akan meniru kebiasaan orang-tuanya. Dan juga melakukan sholat-sholat sunnah, seperti tahajud misalnya dan ini kita lakukan secara konsisten, maka insya Allah anak-anak kita akan meniru apa yang sudah kita lakukan, sehingga akan lahir anak-anak yang sholeh di tengah-tengah keluarga kita, Amin. Dan dari semua itulah maka anak yang sholeh merupakan 'aset' Akherat kita, karena Doa dari anak yang Sholeh sangat mustajab, seperti dalam Al Qurtubhi rahimahullah berkata,
ليس شيء أقر لعين المؤمن من أن يرى زوجته وأولاده مطيعين لله عز وجل.
“Tidak ada sesuatu yang lebih menyejukkan mata seorang mukmin selain melihat istri dan keturunannya taat pada Allah ‘azza wa jalla.” Perkataan semacam ini juga dikatakan oleh Al Hasan Al Bashri. (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 10/333)
Sebenarnya anak adalah dambaan semua makhluk, bukan hanya manusia. Itu sebabnya salah satu firman Allah :
“Aku tidak perlu bersumpah dengan negeri kota Mekkah, dan aku tidak perlu bersumpah menyangkut ayah dan anak”. Ini menunjukkan suatu naluri bahwa semua makhluk hidup mendambakan keturunan untuk melanjutkan jenisnya.
Karena anak adalah dambaan, maka semua makhluk hidup menggantungkan harapan pada sang anak. Kalau pada manusia, kita menginginkan anak kita menjadi anak yang sholeh, dan bahkan lebih dari sholeh yaitu sebagai qurrota a’yun (penyejuk mata).
Ini dilukiskan QS. Al-A’raaf:189 :
“Dia yang telah menciptakan kamu pasangan dari jenis yang sama (jenis manusia), sewaktu sang suami menyentuhnya/menyelubunginya (kata halus dari hubungan seks), isterinya hamil, kandungannya masih ringan, maka berlalulah hari-hari sampai menjadi berat. Maka ketika itu, keduanya (si ibu dan bapak) berdoa, ya Allah jika Engkau jadikan anak ini anak yang shaleh, sempurna jasmani dan rohani, maka kami akan bersyukur”.
Untuk mendapatkan anak atau keturunan yang sholeh dan sholekhah seperti yang kita harapkan bersama, semua bergantung bagaimana para orang-tua dan lingkungan di mana kita tinggal. Untuk menjadikan anak-anak kita menjadi "aset" dunia wal Akherat, maka didiklah dengan Agama yang baik, perlakukan anak dengan penuh kelembutan dan penuh kasih sayang serta berikan pendidikan yang baik, Insya Allah Anak yang sholeh dan sholekhah ada di tengah-tengah keluarga kita, Amin
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar